Minggu, 25 November 2012

62,7% Pengidap HIV/AIDS Usia Produktif



Senin, 23 Juli 2012
SURABAYA – Jumlah penderita HIV/AIDS di Surabaya terus meningkat. Terhitung sejak 2007-2011 tercatat sebanyak 5.576 kasus HIV/AIDS terjadi di Surabaya. Angka tersebut belum termasuk tahun 2012, sebab hingga triwulan pertama sudah 287 orang dinyatakan positif mengidap virus yang menyerang sistem imun atau kekebalan tubuh ini.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, pada tahun 2011 di kota Pahlawan ini ada sebanyak 811 kasus. Sementara, dari sekitar 20% dari jumlah tersebut atau sekitar 161 di antaranya adalah dari kalangan Pekerja Seks Komersial (PSK).

Yang lebih memprihatinkan, dari keseluruhan temuan kasus HIV/AIDS di Surabaya, 62,7 persen di antaranya tergolong usia produktif. Yakni, usianya antara 20-39 tahun. “Ini jelas situasi yang mengkhawatirkan, karena dampaknya sangat luas yang mengakibatkan kualitas hidup menurun, produktivitas kerja terganggu, dan lain sebagainya,” kata Esty Martiana Rachmi, Kepala Dinkes Surabaya, Jumat (20/7).

Menurutnya, masalah ini atau penularan HIV/AIDS di Surabaya sudah menjadi persoalan serius yang membutuhkan pola penanganan yang tepat. Karena itu, Pemkot Surabaya di samping mengalokasikan budget khusus untuk pencegahan dan penanganan ODHA (Orang dengan HAIV/AIDS) juga intensif menggelar forum komunikasi penanggulan penyebaran HIV/AIDS.

Selain itu, katanya, kondisi ini juga bisa menjadi warning bagi mereka yang gemar melakukan seks bebas. Pasalnya sebanyak 89% penularan HIV/AIDS di Surabaya pada tahun ini terjadi akibat hubungan seks bebas.
Sementara itu, Wakil Walikota Surabaya Bambang DH mengatakan, fakta tersebut harus bisa dijadikan pelajaran semua pihak. Tidak hanya pria atau wanita yang suka berganti-ganti pasangan, tapi ibu rumah tangga memiliki risiko yang sama terkena penularan penyakit mematikan tersebut.

Tentang hubungan seks bebas ini, lanjutnya, saat ini dinyatakan sebagai penyebab utama penularan HIV/AIDS di Surabaya. Itu karena menggeser penasun (pengguna narkoba suntik) yang sebelumnya paling mendominasi. “Telah terjadi pergeseran cara penularan, lima sampai enam tahun lalu didominasi penasun, kini hubungan seks bebas menempati urutan pertama penularan HIV/AIDS,” ujarnya.

Kondisi ini, lanjutnya, belum lagi efeknya terhadap keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Sejalan dengan itu, pemerintah dan KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) mengajak semua pihak untuk berperan aktif melakukan pencegahan, termasuk aparat kepolisian, tokoh masyarakat, dan tokoh agama. “Tanpa ada peran aktif dari masyarakat luas penanggulan HIV-AIDS sulit tertangani dengan baik,” tutur Bambang yang juga selaku Ketua Pelaksana KPA Kota Surabaya.

Wakil Ketua Komisi D (bidang kesejahteraan) DPRD Surabaya, Edi Budi Parbowo mengatakan, memang penyebaran HIV/AIDS sudah memprihatinkan. Kondisi ini jelas mengancam kualitas generasi muda. “Kalau kondisi ini dibiarkan generasi muda kita akan menjadi generasi yang minim kualitas,” ungkapnya.
Karena itu Pemkot harus semakin serius dalam ikut meanggulangi penyebarannya. Paling tidak upaya penanggulangannya semakin digencarkan. Jangan sampai pejabat Pemkot hanya mengambil keuntungan dari pengelolaan anggaran penanggulangannya saja. “Ini imbauan kami,” ujarnya.pu



Tidak ada komentar:

Posting Komentar